Chapter 22
Chapter 22
Read Wanita Rahasia CEO by Blezzia Chapter 22
– SNEAK PEAK BABY CARO
Via baru saja memenuhi bak mandi dengan air hangat dan memasukan bomb bath ke dalamnya saat tiba-tiba dia mendengar suara pintu kamar mandi yang ditutup. Kepala Via menoleh seketika dan dengan mulut membulat berbentuk huruf o, tatapannya pun bertanya pada Sean yang juga ikut masuk ke dalam.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Via sembari melirik ke celah pintu yang sedikit terbuka.
“Mandi,” jawab Sean yang mulai membuka baju saat itu juga.
“Bagaimana mungkin kau mandi disaat Caro sendirian di sana?” Via menarik handuk dari rak lalu memakainya dan
kemudian berjalan melewati sang suami, namun lengan pria itu yang melingkar di pinggang, seketika menghentikan Via di tempat.
“Aku sudah memberikan dia mainan, kau tidak perlu khawatir,” ucap Sean ringan, seolah mereka sedang membicarakan seekor anak kucing di luar sendirian bukannya bayi berusia sepuluh bulan.
“Bagaimana bila dia menangis, Sean, tidak ada yang menjaganya saat ini,” protes Via yang mencoba melepaskan diri.
Sayang sekali, pengasuh Baby Caro meminta izin untuk melakukan sesuatu di luar sana.
“Kalau begitu, kita bisa membuka pintu kamar mandi sedikit saja,” saran Sean yang malah mendapat delikan tajam. Sembari meringis, Sean pun memikirkan cara untuk membujuk Via agar mereka
dapat mandi bersama.
“Apa kau … tidak mau ….” Tangan Sean yang bebas membuka sedikit handuk yang melilit di tubuh Via, sehingga dia dapat mengintip belahan dada wanita itu.
Seketika Via mengibaskan tangan Sean yang mencoba meggoda.
“Aku tidak bisa men”
“Sepuluh menit!”
Keduanya saling tatap begitu Sean meminta waktu yang sangat singkat.
“Sepuluh menit saja, mmm …?”
Melihat mata birunya yang memohon, Via pun menatap ke bawah tubuh sang suami.
“Sepuluh menit? Apa cu—”
Perkataan Via terhenti begitu Sean
menggendongnya menuju bak mandi dengan pintu yang dibiarkan terbuka agar mereka dapat mendengar suara Baby Caro bila menangis di luar.
“Tapi aku mau melihat Ca-”
“Nah, hanya sepuluh menit saja Baby, setelahnya kau bisa melakukan apa pun sementara aku akan mengasuh Caro selagi kau memanjakan diri.”
Mendengar tawaran tersebut, Via pun menyetujui dalam hati, namun tentu saja dia tidak langsung mengatakan iya karena bisa-bisa Sean melakukan hal seperti ini lagi.
“Sepuluh menit?” tanya Via, memastikan.
Sean mengerlingkan mata dan ikut membawa Via berendam ke bak yang telah wanita itu persiapkan. Mereka berada di dalam tanpa sehelai benang
menutupi. Awalnya Sean hanya membelai
sana sini sembari menyirami kulit Via dengan air yang berbusa, kemudian tangannya mulai meraba ke bawah, sedang kepala wanita itu menyandar di dada dalam posisi membelakangi Sean sementara Via berada di atas pangkuan.
Baru saja Sean hendak mencium bibir istrinya saat tiba-tiba mereka mendengar suara; “Dada!” yang bersal dari ambang pintu.
Kepala keduanya berputar cepat menatap putera mereka yang merangkak di atas lantai sembari menyeret boneka dalam genggaman.
“Dada!” panggil Carolus yang duduk sebentar dan menatap dua insan di dalam bak mandi dengan mata bulat birunya yang polos.
Vin dan Soun berkzadin bersamaan
Via dan Sean berkedip bersamaan, mendapati keberadaan puteranya dengan tubuh membeku.
Saat Carolus melanjutkan perjuangan mendekati kedua orangtuanya, Sean dan Via pun langsung tersadar seketika telah tertangkap basah dalam posisi yang seharusnya tidak dilihat putera mereka.
Tangan Sean yang tadinya berada di dada Via saat itu juga berpindah ke wajahnya, sedangkan wanita itu semakin merendam tubuh ke dalam bak.
“Ha.. hay, Baby,” sapa Via yang memasang senyuman, sementara pria di belakangnya menengadah ke langit langit sembari menenangkan diri yang sedang diujung tanduk. Dan saat itulah Sean merasakan bukti gairahnya melembut, membuat dia menggeram tidak senang.
“Dada … dada … dada …!” celoteh bayi sepuluh bulan itu sembari mengayun ayunkan boneka kain di tangan, seolah hendak mengajak Sean bermain.
Via menatap Sean dengan delikan, dan dia pun menyikut pria itu untuk segera melakukan sesuatu.
Dengan satu helaan napas berat, Sean pun mendaratkan satu kecupan di pucuk kepala sang istri sebelum dia keluar dari bak mandi.
Kulit Sean tampak berkilat karena air sabun yang masih melekat, dipadukan tubuh proporsional dengan perut membentuk kotak, membuat Via menggigit bibir diikuti desahan, sehingga pria itu pun menoleh dan menatap Via dengan sebelah alis naik ke dahi.
Ekspresi Via berubah biasa seketika, dan
dia menatap Sean sama polosnya seperti yang Caro lakukan tadi.
“Setelah ini, aku tidak akan membiarkanmu. Bersiap-siap besok pagi kekurangan waktu tidur.”
Ancaman itu membuat Via memutar bola mata, karena dia yakin Sean pasti melakukannya tidak hanya satu malam saja. Kali ini, dia bertanya, siapa lagi yang akan menjadi pengasuh Bayi mereka. Pasangan Reviano yang ada di Blueberry? Bisa-bisa, kakek dan nenek itu terbang ke New York saat ini juga tanpa ada penolakan dan membawa Baby Caro ke Blueberry dengan senang hati.
Sean meninggalkan Via yang masih ingin melanjutkan berendam di dalam sana. Dia pun menggendong Baby Caro ke kumpulan mainan yang berada di lantai dekat kaki tempat tidur mereka.
“Tadikan sudah Ayah bilang untuk tetap di sini, Son. Apa kau tidak ingin memiliki saudara perempuan untuk menjadi teman bermain?” ucap Sean sembari mencium pipi puteranya hingga terdengar suara tawa geli yang menggemaskan.
“Dada!” ucap Carolus sembari mengucapkan hal-hal berupa kata-kata konsonan yang hanya bisa dia mengerti sendiri.
“Iya, iya, Ayah tahu,” jawab Sean asal sembari mendudukan bayi laki-laki itu kembali ke tumpukan mainannya. “Kau sudah berusia sepuluh bulan dan tidak lama lagi merayakan usia satu tahun.”
Meskipun dia tidak mengerti keseluruhan ucapan Baby Caro, tetapi Sean selalu menjawab dengan kalimat yang lengkap agar puteranya cepat bicara.
“Bubu? Bubu…,” tunjuk Carolus ke arah pintu kamar mandi, dan seketika Carolus hendak merangkak kembali menyusul sang Ibu.
Sean tertawa kecil dan langsung menyambar puteranya itu ke dalam
gendongan dan menciumi seluruh wajah mungilnya hingga mereka berdua tertawa lepas.
Sesi cengkrama anak dan ayah itu diinterupsi ketika terdengar suara bell berbunyi, menandakan rumah itu kedatangan tamu.
Bersama Carolus, Sean pun berjalan melintasi kamar hingga ke depan pintu.
Napas Sean berubah berat kala dia mendapati sekumpulan tamu tidak diundang tengah berkumpul di luar sana. Wajahnya menjadi masam begitu dia membukakan nintu dan menyambut membukakan pintu dan menyambut lebih dari delapan orang yang datang tanpa memberi kabar.
“Mau apa kalian ke sini?” tanya Sean dengan tatapan tajam, namun dia malah mendapat dengusan dari seorang wanita yang terlihat mengandung enam bulan.
“Siapa juga yang ingin melihatmu, bila Via tidak menikah denganmu, aku juga tidak akan ke sini,” ucap Disya ketus pada pria di hadapan, namun tatapannya berubah lembut saat mendapati Baby Carolus yang terlihat mengemut jempol dan memperhatikan kumpulan orang di depan dengan mata menyipit sama seperti sang Ayah.
Duo anak ayah itu bahkan memiliki ekspresi yang sama, membuat Nicko Anderson ingin tertawa.
ob MuRabuCarolcomm Diamavano This is the property of Nô-velDrama.Org.
“Oh, My Baby Caro!” seru Disya yang hendak memeluk bayi tembem itu, tetapi Nicko menahannya.
“Bukannya aku melarangmu, tapi bayi itu beratnya lebih dari sepuluh kilo.”
Mendengar penjelasan tersebut, Disya pun mengurungkan niat dan hanya mencium pipi gempal bayi tersebut, lalu masuk ke dalam rumah tanpa dipersilahkan lebih dulu. Sementara itu, Nicko mengikutinya dari belakang, sedangkan sisa tamu yang lain berdiri di depan pintu sembari menatap Sean dengan ekspresi sama; bosan.
“Kau membolehkan kami masuk atau tidak?” tanya Tya yang mengunyah permen karet di mulut.
Melihat peluang ketidakberhasilan mengusir orang-orang ini, Sean pun mempersilahkan mereka masuk satu per satu.
Saat melewatinya, mata Sean pun jatuh pada wanita hamil berikutnya, yaitu wanita berambut madu yang merupakan kembaran Disya bernama Mia Bradwood. Bahkan Sean kesulitan membedakan keduanya, sehingga dia penasaran bagaimana pasangan mereka bisa membedakan kembar identik tersebut.
Melihat perut wanita itu, seketika Sean merasa déjà vu karena Mia bisa melahirkan kapan saja dengan ukuran perut sebesar itu. Rasa trauma saat ketuban Via pecah di acara amal sekolah Blueberry masih segar dalam ingatan, dan dia pun melirik lelaki yang datang bersama Mia.
Tatapan kedua pria itu bertabrakan, dan tampaknya apa yang ada di mata Sean tersampaikan dengan baik.
Ami giran tamu terakhir, deon Rose dan Kalea Nusersama burt perempuan mereka yang ketika membuat cantus ribut hendak menyentuh pupilayi krempuan berusia
Tatapan Gideon berubah tajam, insting protekatnya bekerja lebih cepat dan jelas Schali dia tidak senang ketika anak perempuannya berdekatan dengan bayi laki-laki lain
Melihat ekspresi pria itu, Sean melakukan hal yang sama
berpasangan di masa mendatang,” gumam Danny yang langsung dijawab;“ Tidak!” dengan serentak oleh kedua ayah itu.
“Astaga, kau seharusnya bahagia, karena Eve anak yang cantik. Lihat, Carolus bahkan kesulitan mengalihkan mata,” ucap Disya yang seketika menjadikan kedua bayi itu pusat perhatian.
“Son, kau harus ingat bahwa mereka berbeda denganmu,” bisik Sean tepat di telinga anaknya yang langsung mendapat pukulan di punggung dari Tya.
“Bila kedua bayi ini menikah di masa depan, aku akan memakai sepatu balet dan rok tutu kemudian menari di hari pernikahan keduanya,” sumpah Danny yang membuat Jaxon mendengus.
Jaxon pun mengeluarkan sebuah kunci dari saku dan menunjukannya ke udara;
Kalau begitu, aku bertaruh dengan apartemen di Down Town. Bila mereka menikah, ini akan menjadi hadiah pernikahan keduanya.”
Tidak mau kalah, Nicko melakukan hal yang sama dan mengeluarkan sebuah kunci berwarna emas; “Aku akan memberikan kapal pesiar sebagai hadiah bulan madu.”
Sementara itu, Xavier hanya tertawa di sudut ruangan.
Sean dan Gideon mendengus bersamaan, dan mereka menolak ide gila tersebut.
“The Hell No!” sumpah serapah keduanya bersamaan yang langsung mendapat delikan tajam.
“Ada bayi di sini!” geram para wanita yang membuat dua pria itu mengulum bibir dan mencium bayi masing masing,
seolah-olah meminta maaf.
Mata Sean dan Gideon bertabrakan dan keduanya menggeleng bersamaan, tetapi Carolus yang tidak mengerti apa-apa malah bermain mata sembari tertawa pada bayi dalam gendongan ayah protektif di depannya.
Mendengar tawa kedua bayi tersebut, wajah kedua pria itu semakin masam yang pada akhirnya menjadi lelucon yang lain.
“Kubilang juga apa,” ucap Disya sembari tertawa.
Sean hendak kembali membantah, saat tiba-tiba dia mendengar suara feminim yang berkata; “Ketubanku sepertinya pecah.”
Suara-suara di sekitarpun berubah hening tiba-tiba, dan semua kepala
menatap wanita berambut madu yang sedang mengunyah roti sambil berdiri di tengah ruangan. Mata kesemuanya tertuju bersamaan ke lantai tempat wnaita itu berpijak, dan benar saja, ada genang air di sana.
Seketika terdengar suara kehebohan dan orang-orang menjadi panik, terutama Jaxon Bradwood yang langsung memanggil seluruh bawahannya. Namun, Sean dan Gideon tampak tenang saat menatap kumpulan orang-orang yang mencoba melakukan sesuatu di depan mereka. Keduanya berdiri bersisian dan membuai bayi dalam gendongan.
“Apa aku terlihat sebodoh itu saat Kalista melahirkan?” gumam Gideon pada diri sendiri sembari menatap bayi perempuannya, dan ternyata Sean juga melalukan haliano sama
ielakukan hal yang sama.
Kurasa kita terlihat bodoh saat itu,” iwab Sean lebih pada diri sendiri embari mencium dahi puternya.
KISAH SEAN & VIA SELESAI*
Cerita Sean & Via Sudah berakhir. Selanjutnya Kisah Hilda & Danny. Terima Kasih.
Next Chapter